Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Halo, teman-teman!

Mari kita lanjutkan belajarnya! Sekarang, kita belajar tentang dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim. Dengan memahami dampak fenomena ini, kalian diharapkan menjadi sadar akan bahaya yang mengancam keberlangsungan kehidupan di planet kita.

Berikut ini dampak-dampak yang terjadi oleh karena pemanasan global dan perubahan iklim.

1. Meningkatnya Suhu Rata-Rata Permukaan Bumi

Sejak tahun 1850, suhu rata-rata permukaan Bumi telah meningkat sekitar 0,06°C per dekade, atau telah meningkat sekitar 1,1°C di tahun 2023. Namun, sejak tahun 1982, laju pemanasan meningkat lebih dari tiga kali lipat, dengan kenaikan mencapai 0,20°C per dekade. Percepatan pemanasan ini dipicu oleh emisi gas rumah kaca yang terus meningkat akibat aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi, deforestasi, dan aktivitas pertanian dan peternakan.

Tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sejak pencatatan suhu global dimulai, dengan peningkatan suhu mencapai 1,18°C di atas rata-rata suhu abad ke-20, dan 1,35°C di atas rata-rata suhu pada masa pra-industri (1850–1900). Fenomena ini menunjukkan bahwa pemanasan global semakin cepat. Selain itu, sepuluh tahun terpanas dalam sejarah tercatat terjadi dalam dekade terakhir, dari 2014 hingga 2023, yang mempertegas pola pemanasan yang semakin tidak terkendali. Diperkirakan bahwa suhu akan terus mencapai rekor

Gambar berikut menampilkan grafik perbedaan suhu, yaitu perbedaan suhu dari tahun 1880 – 2023 terhadap suhu suhu rata-rata pada periode 1951–1980. Tampak adanya tren peningkatan suhu yang signifikan sejak tahun 1975. Dekade terakhir adalah periode terpanas yang tercatat, menandakan urgensi untuk segera mengambil tindakan guna mengurangi emisi gas rumah kaca yang konsentrasinya semakin naik di atmosfer.

Grafik perbedaan suhu tahunan terhadap suhu rata-rata tahun 1951–1980 (NASA/GISS)

2. Pencairan Es dan Gletser

Peningkatan suhu global telah menyebabkan pencairan sebagian es di wilayah-wilayah es utama dunia, seperti Greenland dan Antartika. Greenland memiliki lapisan es yang mencakup sekitar 1,7 juta kilometer persegi, yang mampu menaikkan permukaan laut global hingga sekitar 7,4 meter jika seluruhnya mencair. Di Antartika, wilayah dengan lapisan es terbesar di Bumi, mencakup sekitar 14 juta kilometer persegi dan potensi kenaikan permukaan laut hingga 58 meter jika seluruh es mencair.

Di wilayah Arktik, meskipun tidak memiliki lapisan es daratan sebesar Antartika atau Greenland, es laut Arktik yang mencakup area luas juga mengalami pencairan yang drastis selama musim panas. Es laut Arktik biasanya meluas sekitar 5-7 juta kilometer persegi saat puncak musim dingin, namun terus berkurang selama beberapa dekade terakhir. Pencairan es laut Arktik tidak secara langsung menaikkan permukaan laut karena es ini sudah mengapung, namun penurunannya tetap berdampak besar pada ekosistem dan mempercepat pemanasan global karena berkurangnya albedo, yang mengurangi kemampuan Bumi untuk memantulkan sinar matahari

Berikut ini adalah video mengenai puluhan triliun ton es kutub mencair sejak 1994.

Peningkatan suhu global juga menyebabkan pencairan gletser pegunungan di Alpen serta Himalaya. Pencairan es ini membawa dampak buruk bagi ekosistem di sekitarnya. Gletser di pegunungan seperti Himalaya mengalami pencairan yang mengkhawatirkan, yang berdampak pada pasokan air bagi jutaan orang di sekitarnya. Fenomena ini memperbesar risiko gangguan ekosistem dan kehidupan manusia yang bergantung pada sistem air dari gletser tersebut.

3. Kenaikan Permukaan Air Laut

Kenaikan permukaan laut terutama dipicu oleh dua faktor utama yang terkait erat dengan pemanasan global, yaitu bertambahnya volume air akibat mencairnya lapisan es di kutub dan gletser di pegunungan, serta pemuaian air laut seiring dengan peningkatan suhu. Grafik dari NASA di bawah, menunjukkan perubahan permukaan laut dari tahun 1900 hingga 2018. Simbol plus (+) dalam grafik menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan permukaan laut, sedangkan simbol minus (-) menandai faktor yang mengurangi permukaan laut. Tampak bahwa, sejak 1900, permukaan laut telah mengalami kenaikan sekitar 200 mm atau 0,2 meter. Sejak 1993, baik data dari pengukur pasang surut pantai (tide gauge data) maupun dari satelit (satellite data), terjadi percepatan kenaikan muka laut.

Kenaikan permukaan laut memperbesar risiko tenggelamnya pulau-pulau kecil serta wilayah pesisir. Di Indonesia, wilayah seperti Jakarta dan Kepulauan Seribu sudah merasakan dampak dari kenaikan permukaan air laut berupa banjir rob yang semakin sering terjadi.

4. Perubahan Pola Cuaca dan Bencana Alam

Perubahan iklim dan pemanasan global secara signifikan memengaruhi pola cuaca di seluruh dunia, meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam. Peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan suhu atmosfer dan lautan meningkat. Kenaikan suhu ini mengubah sirkulasi atmosfer, mengganggu pola curah hujan, dan memperburuk cuaca ekstrem seperti badai, banjir, kekeringan, serta gelombang panas di berbagai wilayah.

Penyusutan debit air di Waduk Tandon, Selogiri, Jawa Tengah (Antara Foto)

Pemanasan global berdampak langsung pada peningkatan intensitas cuaca ekstrem. Suhu atmosfer yang lebih tinggi meningkatkan penguapan dari laut dan daratan, menambah uap air di atmosfer. Kondisi ini menghasilkan hujan yang lebih lebat dan memperkuat badai tropis. Air laut yang lebih hangat juga memberikan lebih banyak energi bagi badai, memperkuat kekuatannya dan memperluas wilayah terdampak. Hal ini menyebabkan bencana seperti banjir dan badai besar yang lebih sering dan intens.

Selain itu, pemanasan global mengganggu pola angin dan sirkulasi atmosfer, termasuk aliran udara cepat di lapisan atas atmosfer (jet stream) dan angin monsun. Gangguan ini menciptakan ketidakstabilan cuaca, memperpanjang periode kekeringan di beberapa wilayah, sementara wilayah lain mengalami hujan deras yang ekstrem. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan peningkatan risiko banjir di satu tempat dan memperpanjang kekeringan di tempat lain, yang berdampak pada kehidupan dan ekosistem.

5. Pengaruh terhadap Pertanian dan Ketahanan Pangan

Perubahan pola cuaca juga berdampak pada sektor pertanian, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Musim tanam yang tidak menentu, kekeringan yang berkepanjangan, dan hama yang semakin banyak karena suhu yang lebih hangat menyebabkan penurunan produktivitas pertanian. Hal ini berdampak pada ketahanan pangan masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang sangat bergantung pada pertanian. Misalnya, petani padi di Jawa menghadapi tantangan besar karena pergeseran musim yang tidak menentu. Ilustrasi yang mendukung bisa berupa grafik produksi pangan dari waktu ke waktu atau foto lahan pertanian yang terdampak kekeringan.

6. Pemanasan dan Pengasaman Laut

Suhu laut yang meningkat akibat pemanasan global mengakibatkan gangguan signifikan pada ekosistem laut. Pemanasan ini tidak hanya mengurangi populasi ikan dan merusak terumbu karang, tetapi juga menyebabkan pengasaman laut. Pengasaman laut terjadi ketika karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer larut ke dalam air laut, membentuk asam karbonat. Proses ini menurunkan pH air laut, yang berdampak buruk pada organisme laut yang memiliki cangkang atau kerangka berbasis kalsium karbonat, seperti terumbu karang, kerang, dan beberapa spesies plankton. Akibatnya, ekosistem laut yang rapuh terganggu, mengancam rantai makanan laut dan mengurangi produktivitas perikanan global. Selain itu, rusaknya terumbu karang juga mengurangi perlindungan alami pantai dari badai dan erosi.

Teman-teman, berikut ini ada video mengenai pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan karang terjadi akibat peningkatan suhu air laut karena pemanasan global. Ketika suhu air laut naik, terumbu karang mengalami stres dan melepaskan Alga Zooxanthellae, yaitu organisme simbiotik yang memberikan warna pada karang dan menyediakan sebagian besar energi melalui fotosintesis. Kehilangan alga ini membuat karang menjadi tampak memutih. Jika suhu air laut tetap tinggi dalam waktu yang lama, karang yang memutih tidak dapat memperoleh energi yang cukup dan akhirnya mati. Kematian karang berdampak buruk pada ekosistem laut, karena terumbu karang merupakan habitat penting bagi banyak spesies laut.

Soal Latihan Materi Dampak Perubahan Iklim

Sebagai Latihan Pada Materi Dampak Perubahan Iklim, Ayo Kerjakan Soal Di Bawah Ini.